Breaking News

Senin, 04 Agustus 2014

Kitab Ihya’ Memuat 50% Hadis Lemah Dan Palsu?

Menghujat Kitab Ihya’
Kitab Ihya’ Memuat 50% Hadis Lemah Dan Palsu?

Pada tanggal 21 Feb 2012 (Kamis) saya dapat kiriman sms tak dikenal yang isinya ‘menghujat’ kitab Ihya. Berikut tulisan yang tertera dalam sms dengan No +628133070089x:

·        SMS I: “Pendapat Ustad? Para ulama besar dunia mengatakan kitab Ihya Ulumudiin pegangan NU isinya 50% hadis lemah dan palsu”
Jawaban sms saya secara singkat:
SMS I : “Tidak benar, karena dalam kitab Ihya memuat hadis sebanyak 4583. Sedangkan yang ditakhrij dan diberi komentar oleh al-Hafidz al-Iraqi sekitar 300-an hadis atau 7%. Hadis yang lain tidak beliau komentari”

·        SMS II: “Dalam Kitab THABAQATUS SYAFIIYATIL KUBRA 6/287, Imam as-Subki mengatakan di dalam kitab Ihyaulumiddin hadis yang tidak ada asalnya/PALSU setelah dihitung ada 923 hadis”

Jawaban sms saya secara singkat:

SMS II: “Memang benar dalam penilain Imam Subki hadis ‘la ashla lahu’ dalam Ihya sebanyak 900 lebih (saya punya datanya). Tapi rupanya anda tidak faham perbedaan hadis palsu dan hadis ‘la ashla lahu’. Mengapa dalam penilaian as-Subki sangat banyak dan al-Hafidz al-Iraqi sedikit? Karena al-Iraqi mengetahui hadis yang disampaikan oleh Imam Ghazali banyak yang beliau riwayatkan secara subtansi makna. Makanya al-Iraqi sering berkomentar: “Teks hadisnya tidak seperti ini, tetapi begini….”, atau: “Hadis ini dalam riwayat lain berbunyi…” dan lainnya. Sedangkan yang dipakai oleh Imam Subki semua digeneralisir “Hadis ini tidak ada asalnya”.

·        SMS III: “Di dalam kitab al-Bidayah wa an-Nihayah, dalam Ihyaulumiddin ada 1897 hadis Munkar dan Palsu. Bagaimana ustad? apakah masih bisa dipercaya dan layak dipelajari?

Jawaban sms saya secara singkat:

SMS III : “Saya sudah baca (diulang-ulang) dalam kitab al-Bidayah wa an-Nihayah karya Ibnu Katsir 12/174 dalam Bab tentang al-Ghazali. Disitu hanya dijelaskan ulama-ulama yang menolak kitab Ihya seperti Ibnu Jauzi dan Ibnu Sholah. Disana sama sekali tidak ada teks yang menjelaskan berapa jumlah hadis Munkar dan Maudlu’. Hanya teks: “Dalam kitab Ihya banyak hadis Munkar dan maudlu”. Saya sudah baca 2 kitab kitab al-Bidayah wa an-Nihayah yang beda percetakan, tapi tidak ada teks itu. Anda dapat darimana bahwa dalam kitab Ihya ada 1897 hadis Munkar dan Palsu?

·        SMS IV: “….” (saya tunggu tapi tidak ada balasan)
Ringkasan Takhrij al-Hafidz al-Iraqi
Berikut data ringkas penilaian al-Hafidz al-Iraqi dalam Hadis Ihya, kitab beliau bernama al-Mughni fi Hamli al-Asfaar.
catatan yang saya peroleh dari hadis yang terdapat dalam kitab Ihya adalah 4583 hadis, berdasarkan no urut yang ada dalam kitab Takhrij al-Iraqi. Ini adalah jumlah secara akumulasi dengan beberapa hadis yang sering diulang (mukarrar) atau hanya disebut satu kali. Sementara hadis yang mendapat komentar kurang lebih sebanyak 300-an hadis, atau sekitar 7 % saja, dan yang lain tidak dapat kritik sama sekali.

     Dalam memberi penilaian status hadis, Al Iraqi mengutip dari Ibnu al-Jauzi dalam kitabnya Al Maudluat sebanyak 22 kali (TAPI SETELAH SAYA KAJI ULANG TIDAK SEBANYAK ITU MENURUT AHLI HADIS YANG LAIN), dari Al Dzahabi dalam kitabnya Mizanul I’tidal sebanyak 12 kali, dari Ibnu ‘Adi dalam menilai hadis yang tergolong sangat dlaif (dlaif jiddan) sebanyak 15 kali, dari Al Uqaili sebanyak 5 kali, dari Al Daruquthni sebanyak 9 kali, dari Yahya bin Ma’in (sebagian disertai dengan penilaian Imam Ahmad) sebanyak 6 kali. Hadis yang berstatus dlaif jiddan, sebanyak 41 hadis, dan 691 berstatus dlaif yang masih terbuka peluang boleh mengamalkannya dalam hal fadlail al-A’mal (keutamaan amal, bukan sebagai dalil hukum) dan Akhaq.

    Ada pula sekitar 6 hadis batil dan 50 lebih hadis Munkar yang dikomentari oleh Al Iraqi sendiri, atau dari Imam Bukhari, Ahmad bin Hanbal, Yahya bin Main, Ibnu ‘Adi, Nasa’i, dan yang paling banyak dikutip dari Al Dzahabi.

     Sementara penilaian al-Iraqi dengan memakai bahasa:

لَا اَصْلَ لَهُ . لَمْ أَجِدْ لَهُ أَصْلًا . لَمْ أَرَ لَهُ أَصْلاً . لَمْ أَقِفْ لَهُ عَلَى أَصْلٍ .

‘Tidak ada dasarnya, saya tidak menemukan dasarnya’

Redaksi yang kurang lebih berjumlah sebanyak 150-an lebih ini maksudnya adalah tidak ditemukan dalam kitab-kitab induk hadis, sebagaimana telah dijelaskan oleh al-Iraqi dalam Mukaddimah kitab Takhrijnya. Banyak pula (127 kali) bahasa yang dipakai oleh al-Iraqi sebagai berikut:

لَمْ أَجِدْهُ هَكَذَا ... لَمْ أَجِدْهُ بِهَذَا اللَّفْظِ ... لَمْ أَجِدْهُ مَرْفُوْعًا ... لَمْ أَجِدْهُ مِنْ رِوَايَةِ ... لَمْ اَرَهُ بِهَذَا... لَمْ اَرَهُ مِنْ حَدِيْثِ...
‘Tidak saya temukan seperti ini..., tidak saya temukan dengan teks seperti ini…, saya tidak menemukannya sebagai hadis marfu’…, tidak saya temukan dari riwayat sahabat ini…, saya tidak mengetahui dengan redaksi seperti ini…, dan sebagainya’

Maksudnya secara subtansi, makna yang disampaikan oleh Imam al-Ghazali tersebut merupakan sebuah hadis, hanya dalam teks matan atau sanad (jalur riwayat) tidak sama dengan apa yang sudah ada. Ini menunjukkan, kebanyakan Imam Ghazali menulis riwayat hadis berdasarkan ribuan hadis yang ia hafal.

Sumber 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Designed By