Menghujat
Kitab Ihya’
Kitab
Ihya’ Memuat 50% Hadis Lemah Dan Palsu?
Pada tanggal 21 Feb
2012 (Kamis) saya dapat kiriman sms tak dikenal yang isinya ‘menghujat’ kitab
Ihya. Berikut tulisan yang tertera dalam sms dengan No +628133070089x:
·
SMS I:
“Pendapat Ustad? Para ulama besar dunia mengatakan kitab Ihya Ulumudiin
pegangan NU isinya 50% hadis lemah dan palsu”
Jawaban sms saya
secara singkat:
SMS I : “Tidak benar,
karena dalam kitab Ihya memuat hadis sebanyak 4583. Sedangkan yang ditakhrij
dan diberi komentar oleh al-Hafidz al-Iraqi sekitar 300-an hadis atau 7%. Hadis
yang lain tidak beliau komentari”
·
SMS II: “Dalam
Kitab THABAQATUS SYAFIIYATIL KUBRA 6/287, Imam as-Subki mengatakan di dalam
kitab Ihyaulumiddin hadis yang tidak ada asalnya/PALSU setelah dihitung ada 923
hadis”
Jawaban sms saya
secara singkat:
·
SMS III: “Di
dalam kitab al-Bidayah wa an-Nihayah, dalam Ihyaulumiddin ada 1897 hadis Munkar
dan Palsu. Bagaimana ustad? apakah masih bisa dipercaya dan layak dipelajari?
Jawaban sms saya
secara singkat:
SMS III : “Saya sudah
baca (diulang-ulang) dalam kitab al-Bidayah wa an-Nihayah karya Ibnu Katsir
12/174 dalam Bab tentang al-Ghazali. Disitu hanya dijelaskan ulama-ulama yang
menolak kitab Ihya seperti Ibnu Jauzi dan Ibnu Sholah. Disana sama sekali tidak
ada teks yang menjelaskan berapa jumlah hadis Munkar dan Maudlu’. Hanya teks:
“Dalam kitab Ihya banyak hadis Munkar dan maudlu”. Saya sudah baca 2 kitab
kitab al-Bidayah wa an-Nihayah yang beda percetakan, tapi tidak ada teks itu.
Anda dapat darimana bahwa dalam kitab Ihya ada 1897 hadis Munkar dan Palsu?
·
SMS IV: “….”
(saya tunggu tapi tidak ada balasan)
Ringkasan Takhrij
al-Hafidz al-Iraqi
Berikut data ringkas
penilaian al-Hafidz al-Iraqi dalam Hadis Ihya, kitab beliau bernama al-Mughni
fi Hamli al-Asfaar.
catatan yang saya peroleh dari hadis yang terdapat dalam
kitab Ihya adalah 4583 hadis, berdasarkan no urut yang ada dalam kitab Takhrij
al-Iraqi. Ini adalah jumlah secara akumulasi dengan beberapa hadis yang sering
diulang (mukarrar) atau hanya disebut satu kali. Sementara hadis yang
mendapat komentar kurang lebih sebanyak 300-an hadis, atau sekitar 7 % saja,
dan yang lain tidak dapat kritik sama sekali.
Dalam memberi penilaian status hadis, Al
Iraqi mengutip dari Ibnu al-Jauzi dalam kitabnya Al Maudluat sebanyak 22 kali
(TAPI SETELAH SAYA KAJI ULANG TIDAK SEBANYAK ITU MENURUT AHLI HADIS YANG LAIN),
dari Al Dzahabi dalam kitabnya Mizanul I’tidal sebanyak 12 kali, dari Ibnu ‘Adi
dalam menilai hadis yang tergolong sangat dlaif (dlaif jiddan) sebanyak
15 kali, dari Al Uqaili sebanyak 5 kali, dari Al Daruquthni sebanyak 9 kali,
dari Yahya bin Ma’in (sebagian disertai dengan penilaian Imam Ahmad) sebanyak 6
kali. Hadis yang berstatus dlaif jiddan, sebanyak 41 hadis, dan 691 berstatus
dlaif yang masih terbuka peluang boleh mengamalkannya dalam hal fadlail
al-A’mal (keutamaan amal, bukan sebagai dalil hukum) dan Akhaq.
Ada pula sekitar 6 hadis batil dan 50 lebih hadis Munkar
yang dikomentari oleh Al Iraqi sendiri, atau dari Imam Bukhari, Ahmad bin
Hanbal, Yahya bin Main, Ibnu ‘Adi, Nasa’i, dan yang paling banyak dikutip dari
Al Dzahabi.
Sementara
penilaian al-Iraqi dengan memakai bahasa:
لَا اَصْلَ لَهُ . لَمْ أَجِدْ لَهُ أَصْلًا . لَمْ أَرَ
لَهُ أَصْلاً . لَمْ أَقِفْ لَهُ عَلَى أَصْلٍ .
‘Tidak ada dasarnya, saya tidak menemukan dasarnya’
Redaksi yang kurang lebih berjumlah sebanyak 150-an lebih ini maksudnya adalah tidak
ditemukan dalam kitab-kitab induk hadis, sebagaimana telah dijelaskan oleh
al-Iraqi dalam Mukaddimah kitab Takhrijnya. Banyak pula (127 kali) bahasa yang
dipakai oleh al-Iraqi sebagai berikut:
لَمْ أَجِدْهُ هَكَذَا ... لَمْ
أَجِدْهُ بِهَذَا اللَّفْظِ ... لَمْ أَجِدْهُ مَرْفُوْعًا ... لَمْ أَجِدْهُ مِنْ
رِوَايَةِ ... لَمْ
اَرَهُ بِهَذَا... لَمْ اَرَهُ مِنْ حَدِيْثِ...
‘Tidak saya
temukan seperti ini..., tidak saya temukan dengan teks
seperti ini…, saya tidak menemukannya sebagai hadis marfu’…, tidak saya temukan
dari riwayat sahabat ini…, saya tidak mengetahui dengan redaksi seperti ini…,
dan sebagainya’
Maksudnya secara subtansi, makna yang disampaikan oleh
Imam al-Ghazali tersebut merupakan sebuah hadis, hanya dalam teks matan atau
sanad (jalur riwayat) tidak sama dengan apa yang sudah ada. Ini menunjukkan,
kebanyakan Imam Ghazali menulis riwayat hadis berdasarkan ribuan hadis yang ia
hafal.
Sumber
Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar